Selasa, 14 Juli 2009

Ilmu pengetahuan dan Teknologi

Kembali ke Menu Utama

Ilmu pengetahuan
Teknologi
Silabus
Kuliah
tepat guna

Pesawat Kertas Melesat dari Luar Angkasa
University of Tokyo
Pesawat kertas sepanjang 20 centimeter yang akan diterbangkan dari stasiun antariksa internasional sedang diuji coba di lorong angin di Universitas Tokyo, Jepang.
KASHIWA, RABU - Yakinkah Anda bahwa pesawat kertas bisa melesat hingga luar angkasa layaknya sebuah pesawat ulang alik? Kedengarannya mustahil, namun para peneliti Jepang memastikannya sebagai hal yang mungkin.
Bahkan, bukan tidak mungkin kertas akan menjadi bahan baku pesawat antariksa di masa datang. Para ilmuwan dari Universitas Tokyo, Jepang akan menguji peluncuran pesawat kertas pertamanya dari stasiun antariksa internasional (ISS) dan mengamatinya apakah dapat mendarat dengan selamat ke permukaan Bumi.
Pesawat kertas yang akan diterbangkan dari luar angkasa didesain bersama tim dari Asosiasi Seni Pesawat Origami Jepang. Produk seni origami (melipat kertas) sepanjang 20 centimeter itu telah lolos uji coba di lorong angin. Pesawat kecil dari kertas khusus yang dilapisi zat anti-air dan anti-panas itu tahan selama 10 detik di suhu 200 derajat Celcius dan tekanan angin 7 mach atau tujuh kali lipat dari kecepatan suara.
"Pesawat kertas sangat ringan sehingga bergerak perlahan saat udara renggang dan secara bertahap turun," kata Shinji Suzuki, seorang profesor teknik penerbangan di sana, saat memamerkan model pesawat kertas tersebut, Rabu (6/2). Ia sedang mengembangkan perangkat kecil yang akan ditempelkan untuk melacak pergerakannya.
Secara teori, pesawat dari kertas lebih ringan daripada pesawat ulang alik sehingga tidak menghadapi masalah panas karena gesekan udara yang harus dihadapi saat menembus atmosfer. Kertas juga bebas dari deteksi radar. Suzuki dan timnya sedang mempelajari kemungkinan pemanfaatan teknologi dari kertas untuk membangun pesawat antariksa, khsusunya yang tak berawak.
Pesawat kertas pertama akan diluncurkan astronot Jepang yang berangkat ke orbit pada penerbangan tahun ini. Mungkin membutuhkan waktu beberapa bulan untuk mendarat ke Bumi dan tidak dapat diprediksi di mana pesawat kertas itu akan mendarat.
"Ia akan menjadi versi antariksa untuk pesan dalam botol. Akan sangat hebat jika seseorang mendapatkannya, " kata Suzuki. Jadi, dalam pesawat kertas tersebut akan diberi tulisan 'jika menemukan, silakan kontak kami' dalam berbagai bahasa.(REUTERS)


Efisiensi Sel Surya Capai 60 Persen

WASHINTON, KAMIS - Lonnie Johnson yang dikenal sebagai penemu pistol air mainan Super Soaker kembali mengejutkan dunia dengan mengembangkan teknologi pembangkit listrik bertenaga surya yang mampu menghasilkan efisiensi hingga 60 persen. Mengingat efisiensi pengubahan energi surya, baik cahaya maupun panas, menjadi listrik dengan sel surya yang ada di pasaran baru mencapai 30-40 persen, temuan ini dapat memangkas ongkos industri hingga setengahnya.
Johnson tidak menggunakan cahaya melainkan panas Matahari untuk memanen energi listrik. Jadi, ia tidak membutuhkan prinsip kerja sel-sel fotovoltaik dari silikon yang mengonversi cahaya langsung menjadi listrik.
Panas Matahari yang dikumpulkan juga tidak dikonversi menjadi energi gerak lebih dulu untuk memutar turbin meskipun cara kerja yang digunakan mirip mesin pengubah panas menjadi gerak. Sistem yang dikembangkan Johnson disebut JTEC (Johnson Thermoelectric Energy Coversion).
Sistem JTEC menggunakan PCM (Proton Conductive Membran) atau membran yang hanya dapat melewatkan proton. Bersama dengan sepasang elektroda, membran tersebut membentuk MEA (Membran Electrode Assembly) dengan PCM berada di tengah-tengah kedua elektroda. Mirip dengan sistem yang terdapat pada fuel cell.
Jika MEA bertekanan tinggi akibat pemanasan suhu gas hidrogen mengalami reaksi oksidasi. Hasilnya berupa ion hidrogen bermuatan positif (proton) dan elektron. Perbedaan tekanan di kedua elektroda menyebabkan proton mengalir melalui membran. Sementara elektron mengalir melalui elektroda ke sirkuit luar MEA.
Pada sisi MEA yang bertekanan rendah, proton-proton direduksi oleh elektron sehingga membentuk kembali gas hidrogen. Gas hidrogen pada sisi ini dapat secara otomatis 'dipompa' kembali ke sisi yang bertekanan tinggi jika ada arus yang mengalir di MEA.
JTEC menggunakan sepasang sirkuit MEA. Sirkuit yang pertama dihubungkan dengan sumber panas dan yang lainnya dihubungkan dengan kisi pendingin. Hidrogen mengalami sirkulasi di dalam mesin ini melalui suatu saluran, diantara dua sirkuit MEA.
"Ia mirip mesin pengubah panas konvensional. Perbedaan suhu digunakan untuk menghasilkan gradien tekanan," ujar Paul Werbos, Direktur Program National Science Foundation (NSF) yang mendanai proyek ini.
Yang membedakannya, perbedaan tekanan ini tidak dipakai untuk memutar turbin, melainkan digunakan untuk mendorong ion menembus membran. "Ini benar-benar cara baru untuk menghasilkan listrik dari panas," kata Werbos dengan bangga.
Semakin besar beda suhu di antara dua elektroda, semakin besar efisiensinya. Bekerja sama dengan Heshmat Aglan, seorang profesor teknik mesin di Universitas Tuskegee, Alabama, AS, Johnson berharap dapat membuat prototip pertama yang mampu mengumpulkan panas hingga 200 derajat Celcius tahun inimenggunakan membran yang terbuat dari lapisan keramik sangat tipis.
Keduanya juga sudah merancang sistem yang mampu mengumpulkan panas hingga 600 derajat Celcius. Jika, suhu sebesar ini dicapai, efisiensi konversi energi yang diperoleh dapat mencapai 60 persen. Perlu diketahui saja, parabola pengumpul panas terbaik saat ini sudah sanggup mengumpulkan panas hingga 800 derajat Celcius.